Berkemas untuk pergi ke luar negeri tidak boleh dipandang sebelah mata. Cari tahu tips mengenai berkemas sebelum berangkat belajar di luar Indonesia.
Buatlah daftar barang dan daftar prioritas – Daniel W. S. (mahasiswa di CMU, lulusan ITB)
Pakaian bukanlah prioritas – H. M. Citraningrum (lulusan NTUST)
Belajarlah menggulung pakaian! – I. Aditya H. (mahasiswa di NTU)
Usahakan membawa pakaian “darurat” di tas carry on – Bob H. T. S. (mahasiswa di NTU)
Nyicil mengemas tiga minggu sebelumnya – Anathapindika D. (mahasiswa di NAFA (Singapura))
– Beberapa saran dari teman-teman saya ketika saya mengajukan pertanyaan terkait berkemas di Facebook.
Tulisan ini adalah lanjutan kolom saya beberapa bulan lalu mengenai cara mengurangi homesickness (cek di sini).
Salah satu hal yang sering menjadi dilema ketika kita belajar di luar negeri (atau sekadar bepergian ke luar negeri) adalah berkemas. Lucunya, tak jarang kita mengabaikan aktivitas ini. Barangkali alasannya adalah karena kita terlalu fokus pada pendaftaran, yang memang sering memakan waktu, tenaga, dan pikiran yang tak sedikit.
Meski begitu, berkemas adalah aktivitas yang perlu dilakukan dengan saksama dan bukan dalam waktu sesingkat-singkatnya, karena kita perlu memikirkan tiga hal ini:
- Pastikan bahwa kita tak menghabiskan terlalu banyak uang untuk membeli barang yang bisa kita beli dengan harga lebih rendah di rumah,
- Penting pula kita membawa sedikit kenangan untuk mengurangi homesick, namun juga tak terlalu banyak sehingga tak memenuhi koper (bayangkan bila rusak atau hilang, walaupun kemungkinannya hanya 6.5 tas tiap 1000 orang menurut data statistik)
- Jangan sampai kita harus membayar ekstra untuk bawaan yang berlebihan, atau jangan sampai petugas bea cukai membuang bawaan kita atas nama keamanan (pangan) nasional.
Berikut adalah beberapa tips packing versi saya:
Mulailah packing sesegera mungkin dan buat daftar barang bawaan
Bisa dibilang packing merupakan pekerjaan yang tak perlu keterampilan (meski kenyataannya perlu!), yang dimulai dengan memilih barang bawaan, memaksakan mereka masuk dalam tas atau koper yang ukurannya terbatas, lalu membongkar semuanya dan mengulang lagi karena barang bawaan kita kebanyakan. Capek, iya. Masalahnya kita biasanya tidak bisa menyuruh orang melakukan ini karena selalu ada kemungkinan ada barang yang kelupaan kita bawa. Packing sendiri saja bisa jadi ada yang ketinggalan, apalagi jika orang lain melakukannya. No no, do it yourself.
Jadi sebaiknya kapan kita mulai berkemas? Jawaban setiap orang bisa berbeda-beda, meski ada kecenderungan bahwa 1-3 minggu sebelum keberangkatan adalah jawaban yang umum mereka berikan. Kalau kamu akan menuju ke negara yang memiliki perbedaan musim, sebaiknya tambahkan waktu ekstra karena barang bawaan khusus untuk musim berbeda, misalnya jaket tebal, mungkin perlu dibeli terlebih dahulu. Saya biasanya memulai berkemas seminggu sebelum keberangkatan karena Singapura memiliki musim dan cuaca yang tak jauh berbeda dengan Indonesia.
Daftar barang bawaan tentunya juga penting! Meski kita meluangkan waktu sepanjang mungkin untuk berkemas, tanpa daftar barang bawaan, waktu yang panjang bisa terasa sekejap saja: antara bingung, tak memiliki prioritas, hingga tak fokus (bawa yang mana ya? Bawa yang ini juga deh, lucu – terdengar familiar?)
Bawalah yang penting saja (dan sedikit yang lain)
Pindah belajar ke luar negeri tidaklah sama dengan pindah rumah, sehingga kita harus sadar bahwa kita tidak akan membawa semua barang yang kita miliki di rumah. Ada cukup banyak barang atau bahan makanan di Indonesia yang juga tersedia di luar negeri (misalnya Robyn mengamati bahwa beras juga banyak tersedia di Amerika Serikat), yang berarti kita sebaiknya tidak membawa terlalu banyak barang, kecuali bila barang yang hendak kita bawa harganya sangat mahal atau sangat sulit didapatkan di luar negeri, misalnya makanan di Venezuela.
Mempersiapkan hal yang tak terduga juga merupakan sesuatu yang patut dipertimbangkan. Misalnya, teman saya Bob menyarankan untuk membawa beberapa pakaian “darurat” di tas kabin jika ada masalah dengan tas bagasi yang kita bawa di pesawat. Meski kasusnya jarang, sedikit berhati-hati tak rugi, bukan?
Periksa kesesuaian barang yang kita bawa
Compatibility adalah isu yang menarik. Beberapa tempat (tepatnya beberapa negara) mungkin menggunakan ukuran atau bentuk yang berbeda dengan yang kita gunakan di Indonesia, misalnya ukuran seprai (90 cm x 190 cm di Singapura/Inggris, bandingkan dengan 100 cm x 200 cm di Indonesia) dan steker listrik (dari yang lumayan besar seperti tipe G hingga tipe C untuk pengisi baterai HP di Indonesia). Ya, jadi memang penting untuk memeriksa kesesuaian barang yang kita bawa dari Indonesia dengan negara tujuan.
Saya sendiri mengalami masalah terkait isu ini. Karena dapur umum di asrama saya menggunakan kompor induksi, semua panci yang digunakan haruslah terbuat dari baja tahan karat. Saya harus memberikan wajan berlapis Teflon yang saya beli kepada petugas kebersihan asrama karena saya membelinya tanpa berpikir apakah panci tersebut sesuai dengan kompor di asrama.
Bawa sesuatu yang mengingatkan kita akan rumah (tapi jangan seisi rumah)
Hidup jauh dari rumah memang tak mudah, dan menyenangkan untuk membawa sesuatu yang mengingatkan kita akan hangatnya rumah; dari harumnya teh tubruk, boneka beruang yang biasa kita peluk, hingga kumpulan kartu pos yang mengingatkan kita akan perjalanan yang pernah kita lakukan. Tapi ya, apakah kita akan memasukkan semuanya ke tas yang kita bawa? Membawa terlalu banyak barang penuh kenangan (mungkin dengan mantan?) justru bisa jadi menghambat proses kita untuk beradaptasi dengan negara dan lingkungan yang baru.
Beberapa barang (dan makanan!) yang saya rencanakan untuk dibawa/tidak dibawa adalah:
- Indomie Mie Keriting: bawa. Mengingat bahwa Indomie versi biasa banyak tersedia di toko-toko Indonesia (bahkan ada di supermarket biasa juga di Singapura), bawa versi spesial seperti Mie Keriting adalah pilihan tepat.
- Teh Tong Tji dan Cap Botol: bawa. Teh tubruk Indonesia memang sulit ditemukan tandingannya, dan lagi, aromanya yang harum cocok untuk mengharumkan tas dan membawa kenangan akan rumah.
- Buku-buku favorit: tinggalkan. Sepertinya ini bukan sebuah pilihan yang bagus (jika kamu kutu buku), namun bagi saya, sebuah keputusan yang tepat. Buku-buku yang saya baca sedikit unik, misalnya buku tentang airport system yang lucunya juga tersedia di perpustakaan universitas saya. Dika, salah seorang teman, menyarankan para kutu buku untuk membawa maksimal 5 buku saja, terutama karena (menurutnya) “….waktumu membaca juga tak banyak.”
- Hasil karya saya (lukisan!) yang sudah berumur 6 tahun: tinggalkan. Perlu ruang banyak, tidak ada tempat untuk menggantungnya, dan sepertinya terlalu berharga jika hilang.

Mi keriting? Kenapa tidak mi dengan daging asli sekalian? Foto diambil dari jutaantoko.com
Jika kamu masih ingin membawa sesuatu dari rumah (tentunya setelah memikirkannya beberapa kali), pertimbangkan beberapa pertanyaan ini:
- Apakah ini akan saya gunakan sebagai senjata terakhir untuk mengalahkan homesick?
- Apakah ini sulit atau bahkan tak mungkin didapat di negara tujuan saya?
- Apakah barang ini cukup masuk ke tas yang saya bawa dan tidak membebani saya?
- Apakah barang ini tak melanggar aturan internasional atau negara tujuan (misalnya aturan LAG untuk bawaan kabin, atau berada dalam daftar barang yang tidak boleh dibawa)?
- Apakah barang ini bisa langsung dipakai atau hanya perlu sedikit perubahan untuk dipakai?
- Apakah saya akan menggunakannya (penting untuk barang yang mudah rusak)?
Apakah semua jawabannya ya? Jika ya, bawa!
Cari informasi tentang apa dan berapa banyak barang yang bisa kita bawa
Tidak semua barang bisa kita bawa ketika kita pindah ke luar negeri, terutama karena tiap negara memiliki kebijakan yang berbeda, misalnya kita tidak bisa membawa bahan makanan ke Australia atau barang yang mengandung bulu anjing atau kucing ke Amerika Serikat. Karenanya, mencari informasi terkait apa yang boleh dan tidak boleh dibawa adalah sesuatu yang penting, termasuk apa yang tidak boleh dibawa ke pesawat (lihat daftarnya di sini).
Berapa banyak yang bisa kita bawa? Kita tahu bahwa standar umum berat bagasi untuk penerbangan adalah 20 kg untuk kelas ekonomi. Tapi tahukah kamu bahwa ada kebijakan-kebijakan tertentu yang bisa kita manfaatkan untuk membawa lebih banyak? Simak infografisnya di bawah ini.
Bonus: Saya juga membuat daftar kebijakan berat bagasi untuk sekitar 50 maskapai penerbangan di seluruh dunia (siapa tahu berguna untuk persiapan berkemas!) Klik tautan di bawah ini untuk informasi lebih lanjut:
Daftar kuota bagasi terdaftar gratis berdasarkan maskapai
Sebagai catatan terakhir, berkemas adalah hal merepotkan yang harus kita lakukan, namun percayalah, kita sudah sampai sejauh ini dan perjalanan kita belajar di luar negeri akan segera dimulai! Ya, satu langkah lebih dekat!
Sampai jumpa di kolom berikutnya!
Semua foto dan infografis dibuat atau diambil oleh penulis, kecuali disebutkan sebaliknya.